Rabu, 06 April 2016

PROSES TERBENTUKNYA KITAB SUCI




Gb Proese Terjadinya Kitab Suci

KITAB SUCI TIDAK TURUN DARI LANGIT
Perhatikanlah Gambar di atas tentang alur cerita secara garus besar terjadinya kitab suci di dalam Perjanjian Baru. Dari Gambar ini, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Pilar Iman Nasrani itu ada tiga, yaitu:
1.       Pewahyuan Suci
2.       Tradisi Nasrani (Tradisi Suci/Masora Qadosha/Oral Torah), dan
3.       Kitab Suci (Ketivim Qadosha/Written Torah).

SEMUA PENGAJRAN DIMULAI DARI PILAR IMAN PEWAHYUAN SUCI
Semua pengajaran (Torah) berasal dari Tuhan. Dalam Perjanjian Sinai, Tuhan mengirimkan Pewahyuan Suci kepada para nabi yang dipilih-Nya sendiri, sementara di dalam Perjanjian Baru, Dia mengutus Sang Miltha (Sabda) untuk datang dan menjadi manusia Yahudi di tahun 6 SM dan menjadi Nabi Terbesar Nasrani. Selain itu Tuhan tetap memberikan wahyu kepada nabi lainnya. Salah satu nabi di dalam jemaat Nasrani adalah Nabi Agabus, Kis 21:10.

Dia mulai mengajar di usia 30 tahun, seperti layaknya rabb-Rabbi Yehudim lainnya. Nabi-nabi sebelumnya hanya menerima penyingkapan secuil dari pesan-pesan ilahi, mereka bukanlah saksi dari semua penciptaan. Sementara dalam PB, Yeshua Sang Pencipta (dalam wajud manusia) itu sendiri yang menyampaikan pengajaran. Pewahyuan yang Dia sampaikan begitu deras dan fresh! Sangat banyak sampai-sampai murid-Nya menulis bahwa kalau itu dituliskan semua maka tidak akan ada kitab di dunia ini yang bisa memuatkan (Yoh 21:25). Dia sudah menyampaikan pengajaran-Nya SECARA LISAN kepada para saksi-Nya, kepada para murid (12 rasul dan 70 Murid).

DARI PEWAHYUAN SUCI MASUK KE DALAM TRADISI SUCI
Pengajaran-Nya yang disampaikan secara lisan[1] itu disebut sebagai Tradisi (Masora/Oral Torah). Tradisi ini memiliki banyak perbedaan dengan tradisi Farisi, makanya Rabbi Yeshua sering bertikai dengan para Rabbi Sekte Perushim lainnya. Maran Yeshua tidak menulis kitab! Tidak pernah ada kitab PB sebelum Dia terangkat ke Shamayim (Sorga). Tradisi di dalam PB cukup berbeda dengan apa yang terdapat di dalam PL (Perjanjian Sinai). Di saat munculnya Maran Yeshua, itulah momen peralihan ini. Maran sedang mempersiapkan para murid-Nya untuk melaksanakan Torah Mshikha  (LAI: Hukum Kristus) dan semua kekayaan tradisi di dalamnya. Perubahan tradisi yang mulai tercatat di keempat injil adalah penekanan Shabbat tidak lagi pada legalitas bukan berarti dihapuskan seperti banyak tafsiran dalam teologi Pauline yang salah tafsir[2], adanya perubahan doa harian dengan mengajarkan Doa Bapa Kami (Tefila dMaran), dimulainya pengajaran tradisi qadishot Perjamuan Suci dengan memakan daging dan meminum Darah-Nya (Yoh 6:53), mulai cerita tradisi akan ada waktunya peribadatan tidak berfokus pada Yerusalem (Yoh 4:20-24), dan lain-lain. Semua tradisi lisan ini diajarkan siang-malam kepada para murid dan mereka ingat.

DARI TRADISI SUCI MASUK KE DALAM KITAB-KITAB SUCI
Paska kenaikan-Nya, kitab-kitab (Ketuvim/written Torah) mulai dituliskan. Para murid-Nya, baik itu sebagai saksi langsung, maupun yang tidak langsung kemudian menuliskan kitab-kitab Injil, Igeret (Surat-surat pengembalaan), kitab sejarah, kitab pewahyuan, dan kitab-kitab pengajaran. Kitab-kitab yang beredar di abad awal Masehi tidak semua ditulis dalam waktu dan tempat yang sama. Ada rentang waktu dengan banyak penulis yang berbeda yang masing-masing menulis hanya untuk jemaat yang ada saat itu, yaitu jemaat Gereja Rasuliah. Para penulis kitab-kitab Nasrani tidak pernah bermaksud untuk membagi-bagikan karya tulisannya kepada jemaat di luar Gereja Rasuliah. Semua yang menerima harus membacanya di bawah pimpinan Uskup. Jika ada yang tidak paham, mereka bertanya kepada uskup, mereka tidak menerka-nerka isi kitab, jemaat tidak punya hak untuk menafsirkan ayat kitab suci, apalagi orang luar. Kitab-kitab yang ditulis tidak untuk dibagi-bagikan kepada orang luar karena akan bisa salah paham.[3]

Saat kitab-kitab dituliskan, berbarengan ada banyak kitab yang ditulis oleh para pengajar ajaran yang dianggap bias, oleh karena itu Gereja Rasuliah merasa penting untuk menyeleksi kitab mana yang menurunkan ajaran Nasrani awal, mana yang tidak. Itulah momen di mana terjadi kanonisasi kitab-kitab. Ini bukanlah inisiatif Tuhan, hanya para pemimpin gereja saja. Karena Gereja Rasuliah sudah berkembang dan berpencar serta dipimpin oleh uskup-uskup maka semua uskup di masing-masing gereja merasa berhak untuk memilah-milah sendiri. Tidak semua uskup bertindak dengan fair dalam menyeleksi kitab-kitab, di era Politik Gereja, kanonisasi juga menjadi alat untuk meraih atau mempertahankan kekuasaan. Contohnya, igeret Clementinus dan injil Thoma yang menuliskan pusat kepemimpinan Nasrani adalah Uskup Yakub HaTzadiq di Yerusalem dan para penerusnya, inilah alasan mengapa kitab-kitab ini tidak dimasukkan ke dalam kanonisasi gereja rasuliah Roma dan Byzantium. Gereja Rasuliah yang sudah ternodai oleh ajaran Helenisme juga membuang semua kitab yang bernuansa semitik, seperti Injil Protoevangelion, Sefer Limudah, dan Sefer Didaskalia. Oleh karena itu jumlah kitab dalam kanonisasi setiap Gereja Rasuliah itu bisa berbeda-beda, belum ada lagi ada istilah ‘kitab yang terlambat dikanon’.

Para sarjana teologia dan pengajar Kristen di luar Gereja Rasuliah, tidaklah mengerti Tradisi Nasrani. Tidak ada Sekolah Teologia yang mengajarkan hal ini. Tradisi Nasrani meliputi sejarah detail, perayaan-perayaan dalam PB, jenjang keimamatan Melkisedek, siddur (liturgi) ibadah, tujuh ritual penting yang disebut Qadishot (Sakramen), etos, pirkey avot, dan lain-lain. Baptisan Air dan Roh Kudus adalah 2 dari 7 Qadishotim dalam tradisi ini. Qadishotim meliputi siddur dan pengajaran di dalamnya, ini sama sekali tidak dituliskan di dalam kitab suci, hanya di dalam misnah atau materi-materi seminari. Tradisi diajarkan dengan memberi contoh, jadi sangat penting saat seorang jemaat diangkat masuk ke dalam jenjang keimamatan, mereka diajarkan lebih detail tentang qadishotim yang sudah biasa mereka lihat, mereka hanya perlu mendalaminya lagi secara khusus. Hal inilah yang menyebabkan para pengajar di gereja Non Rasuliah di manapun tidak bisa mewarisi Masora Nasrani, karena mereka bukan jemaat Nasrani, mereka tidak pernah melihat dan diajarkan hal detail perihal ritual-ritual dan ajaran lisan lainnya. Tradisi adalah warisan tidak ternilai dari Gereja Rasuliah, ini tidak sembarangan diajarkan, tidak untuk sembarangan dibagikan.[4]

JAWATAN NABI HARUS SELALU ADA
Seperti dijelaskan di atas bahwa Maran Yeshua yang berperan sebagai Nabi di abad 1, ditopang juga oleh nabi lain di dalam setiap kumpulan jemaat. Pesan adanya peran kenabian untuk membangun jemaat ini dicatatkan Mar Shaul (Paulus) di dalam igeret-nya untuk jemaat Gereja Rasuliah di Efesus.

Efesus 4:11 (LAI): Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar

Jawatan nabi tidak boleh hilang di dalam jemaat rasuliah. Nabi adalah mereka yang mendalami mistikisme, dunia spiritual dengan lebih mendalam dan berhati-hati. Peran kenabian ini harus dipelihara, harus diajarkan turun-temurun. Seperti halnya di dalam zaman Eliyahu di PL yang memiliki sekolah nabi-nabi. Di dalam PB pun harus demikian. Para nabi, tidak perlu adalah seorang yang sudah diangkat ke jenjang keimamatan, bisa datang dari jemaat Gereja Rasuliah dari kalangan manapun tanpa melihat usia dan darah turunan. Tuhan bisa menyampaikan wahyu-Nya melalui siapa saja yang Dia pilih. Tuhan tidak pernah berhenti bicara! Jawatan nabi tidak pernah boleh dihentikan! Rahasia Sorga belum semua disampaikan ke dunia ini! Kalau Tuhan berbicara, maka keuskupan harus bisa mengujinya dengan baik dengan memakai 3 pilar Iman, kitab suci, tradisi suci, dan pewahyuan suci sebelumnya yang sudah lulus uji. Pewahyuan Baru tidak boleh bertentangan dengan 3 pilar Iman.

Jadi, apakah kitab-kitab sudah berhenti total dituliskan? Apakah kitab dan tradisi yang ada sudah bisa menjawab semua pertanyaan perihal rahasia-rahasia alam roh? Apakah ajaran Yeshua yang dikatakan tidak bisa dimuat di dalam kitab manapun di dunia ini, Yoh 21:25 sudah bisa diketahui Gereja Rasuliah-Nya? Jawabannya adalah belum semua.
Yoh21:25 (LAI): Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

PERBEDAAN PENGAJARAN DALAM SATU DENOM AKIBAT AJARAN SOLA SCRIPTURA
Ajaran Gereja Modern atau Non Rasuliah, bertumpu pada ajaran Sola Scriptura. Ajaran ini seperti halnya ajaran denom pecahan Protestan lainnya, tidak mengenal kekayaan tradisi dan juga penyingkapan pewahyuan suci. Pengembangan penafsiran adalah upaya utama untuk menggali dan mencari ajaran awal Nasrani abad 1. Tidaklah mengherankan penafsiran masing-masing pengajarnya akan saling berbenturan. Semua merasa berhak untuk menafsirkan ayat-ayat kitab suci yang sulit dipahami. 

Di antara denominasi Gereja Modern pasti berbenturan, bahkan di dalam satu denompun bisa. Sebagai contoh dalam tubuh denom Kristen Mesianik, Pdt Ir Benyamin Obadyah, memutuskan untuk keluar dari GBI (denominasi Pentakosta Karismatik). Dia bersama bapak Eddy Hermanto Tjahjono, seorang pengusaha perkapalan dan Pdt Niko Sumolang memimpin jemaat Mesianik. Perbedaan muncul, akibat pak Benyamin tidak mau terseret Gerakan Nama Suci (Sacred Name Movement) dan memilih mengucapkan Nama Suci: ‘Adonai’ atau ‘Hashem’. Sementara pak Niko konsisten mengajarkan Nama Suci ‘Yahweh’. Hal penafsiran tersebut dan lainnya membuat saat ini mereka memimpin komunitas yang berbeda sesuai penafsiran masing-masing. Pdt Teguh Hindarto, MTh, yang sempat belajar dari Ev dr Suradi di Jakarta, membuka pelayanan Mesianiknya, Kehilat Nafiri Yahshua di Kebumen. Penafsirannya perihal nama Mesias sempat membuat perdebatan a lot sekitar tahun 2013 dengan Pdt Dr Yakub Sulistyo yang mengajarkan nama Mesias, ‘Yeshua’. Para pendeta Mesianik yang meyakini nama Mesias itu ‘Yahshua’ antara lain: Dr Romeo Sahertian, Pdt Niko Sumolang, dan Pdt Teguh Hindarto, MTh ini. Pada pertengahan th 2015, pak Maxi memposting di Facebook, adanya keretakan pengajaran di dalam sinode yang berpusat di Manado ini. Dalam satu sinode ini, masih ada yang beribadah dengan memakai nama Allah, yang satunya menolak. Jalan keluar yang diambil bukannya saling berdiri sendiri, namun membuat sinode Baru, yaitu Sinode Am yang menaungi dua sinode yang bertentangan di dalamnya. Mungkin alasannya adalah pembuatan sinode baru di Indonesia sudah tidak dimungkinkan lagi. Yang dipermasalahkannya adalah kepemimpinan di dalam Sinode Am ini. Ini adalah urusan rumah tangga Sinode Am, namun sangat disayangkan terekspos di media sosial. Dalam kasus ini semua bisa mengambil pelajaran bahwa sesama penganut Mesianik tidak bisa bersatu dalam pengajaran di bawah satu kepemimpinan. Ada yang menafsirkan boleh memakai nama ‘Allah’ dan ada yang sudah menyatakannya suatu tindakan melanggar perintah Tuhan.

Semakin para pengajar Mesianik mendalami ajaran Kitab suci maka pasti, akan semakin banyak ditemukan perbedaan di antara pengajaran mereka. Bukan tidak mungkin tahun depan akan muncul aliran baru lagi, yaitu KM Perjuangan atau KM Ahmadiya, atau lainnya. Dari asalnya percampuran antara ajaran Anti Allah dr Suradi ditambah ajaran SNM+HRM, akan berkembang lagi menuju ajaran Baru sesuai penafsiran masing-masing.

Persamaan dan perbedaan ajaran dalam tubuh KM (Kristen Mesianik) ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

No
Persamaan
Perbedaan
1
Meyakini Nama Kudus Tuhan 'Yahweh'
Ada yang menolak Sacred Name Movement (menyebut ‘Adonai/Hashem’), kebanyakan menyebut ‘Yahweh’
2
Penganut Sola Scriptura Martin Luther abad 16, tidak paham Tradisi Nasrani
Ada yang menolak nama 'Yesus' namun ada yang tidak.
3
Hanya memakai Kanon kitab 66 Protestan (Alkitab), tidak memahami sejarah penulisan dan kanonisasi Kitab-kitab
Ada yang memakai nama Mesias ‘Yeshua’, ada yang memakai ‘Yahshua’
4
Merayakan 7 hari raya Yahudi dengan liturgi modern, Anti Natal, Anti Easter, anti Hellenisme, dan Anti Teologia Pengganti
Ada yang meyakini tunduk pada HUKUM TAURAT dan ada yang tidak
5
Tidak ada yang mengetahui dan memakai Siddur (Liturgi) Mar Yakub dan Mar Addai-Mar Mari yang dibuat di abad 1
Memiliki liturgi (siddur) peribadatan masing-masing yang dibuat oleh pemimpin masing-masing
6
Anti kata ‘Allah’
Ada yang beribadah dengan nuansa Pentakosta dan sudah ada yang meninggalkannya
7
Meyakini menjadi Jemaat Perdana Nasrani
Ada yang melakukan Doa Harian (sholat harian) dan ada yang tidak
8
Meyakini Ibrani supremasi (Kitab Suci PB asli berbahasa Ibrani)
Ada yang menolak Tritunggal ada yang meyakininya
9

Menguduskan Shabbat dengan beribadah
Ada yang menolak ibadah hari Minggu, tapi banyak yang mempertahankannya
10
Tidak ada yang memahami Qadishot Mikveh (baptis) yang telah diformulasi di abad 1

Ada yang meyakini perlu dibaptis lagi (Baptis Pembaharuan dengan nama Yahweh) dan ada yang merasa tidak perlu, cukup diselam saja
11
Suka berpakaian ala Yahudi dalam peribadatan
Ada yg mendalami Kabalah, banyak yang tidak
12
Sama-sama tidak tahu ritual Sunat Yahudi
Ada yang meyakini harus disunat, ada yg tidak harus. Sunat dengan mantri/dokter dianggap sudah melakukan Sunat Perjanjian
13
Tidak paham sejarah penginjilan abad 1 Nasrani secara detail

Ada yang masih memakai Bahasa Lidah (Pentakosta) dan ada yang meninggalkannya
14
Sama-sama tidak tahu bahwa Martin Luther masih mengajarkan tradisi Tanda Salib
Ada yang menolak Salib, ada yang masih menerimanya

Tabel menunjukkan perbandingan ajaran di antara penganut Kristen Mesianik di Indonesia. Ini belum membandingkan dengan penganut SNM/HRM di seluruh dunia. Hasilnya kalau dibanding dengan HRM di luar negeri maka akan semakin banyak perbedaannya, misalnya untuk penyebutan Nama Suci, ada yang melafalkannya ‘Yahuveh’, lalu nama Mesias menjadi ‘Yahushua’ atau ‘Yehoshua’ dan ‘Yahusha’. Di Indonesia, semua penganut SNM hanya meyakini kanon 66 kitab Protestan, berbeda dengan penganut di luar negeri yang bisa mengadopsi lebih banyak kitab sebagai perbedaharaan pengajaran mereka, salah satunya adalah Worldwide Nazarene Assembly of Elohim yang dikepalai oleh James Scott Trimm. Organisasinya memakai beberapa kitab yang berasal dari Dead Sea Scrolls. Pencari kebenaran akan semakin bingung untuk meneliti mana yang paling mendekati ajaran Nasrani kuno.

Pada poin #4 tabel di atas tercatat persamaan semua gereja Mesianik yaitu sama-sama merayakan 7 hari raya Yahudi dengan liturgi modern, Anti Natal, Anti Easter, anti Hellenisme, dan Anti Teologia Pengganti. Mereka meyakini bahwa semua Gereja Rasuliah sudah melepaskan diri dari akar Ibrani (Hebraik Yudaik) dan mengadopsi berbagai ibadah pagan yang dikristenkan, antara lain Easter, Epifani, dll.[5] Ini adalah suatu ciri yang mudah diketahui sebagai pembeda di antara pecahan Protestan lainnya.






[1] Kalaupun Yeshua mengutip Kitab Perjanjian Lama hanya Kitab Torah dan nabi-nabi (Mattai 7:12). Kitab Tanakh (Torah, Nabi-nabi, dan Ketuvim/tulisan-tulisan Suci) baru dikanonkan pada tahun 90 Masehi di Konsili Yavne. Jadi adalah sangat mustahil Yeshua dan Para Rasul menggunakan Kitab terjemahan Yunani yang disebut Septuaginta (LXX) pada waktu itu yang sudah berisi ‘Ketuvim dan Deuterokanonika’, ini biasanya dihembuskan oleh kalangan Gereja Ortodoks Rasuliah Helenisme – Yunani yang absurd dan hanya pernyataan fiktif dan tak ada bukti keotentikan sejarah sama sekali.
[2] Kitab Injil Thomas 4:14, mencatat: Kemudian Yeshua berkata kepada murid-murid-Nya: "Jika semua kamu tidak berhenti dari hal-hal perkara dunia ini, maka kamu tidak akan bisa menemukan Kerajaan Sorga; jika kamu tidak menjalankan Shabbat sebagai Shabbat, kamu tidak akan melihat sang Bapa.” Injil Thomas sengaja tidak dikanonkan karena isinya memperlihatkan dukungan kepada Yudaisme Perjanjian Baru yang mengarah kepada kedudukan Yerusalem, yang bisa berdampak menjatuhkan supremasi Uskup-uskup Goyim dan juga Kerajaan Byzantium Romawi Timur. Sehingga Kitab Injil Thomas tidak jadi dikanonkan pada waktu itu dan dikalsifikasikan sebagai Kitab Apokrifa (yang disembunyikan), bukan karena isinya tapi ada nuansa politik gerejawi dan Kekiasaran bermain dibelakang layar. Injil Thomas bukan Injil gnostik seperti banyak difitnahkan secara membabi buta.
[3] Lihat, Surat-surat Paulus yang jatuh ke tangan non-jemaat Rasuliah. Shliakh Simon Keipha berkata: “Dalam surat-suratnya [Surat Kiriman Paulus] ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang mereka juga lakukan dengan tulisan-tulisan lain.” (2 Petrus 3:16). Contoh riilnya, sudah jelas dalam Kitab Suci ada ayat pentahbisan suksesi rasuliah tetapi mereka tafsirkan berbeda dengan Jemaat-jemaat Rasuliah, pada hal sudah jelas ada jabatan Uskup dan Diakon disebutkan Paulus. (1 Timotius 3:1-7; 1 Tim.3:8-13) dan juga pentahbisan Para Penatua (Kisah 14:23; 13:1-3).
[4] Mattai 7:6 -  “Jangan memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injak dengan kakinya, lalu berbalik mengoyak kamu.” Itulah sebabnya dahulu pada Abad Pertengahan umat dilarang membaca Kitab Suci, bukan bertujuan agar para Imam membodohi umat, tidak, tetapi agar mereka jangan sembarangan menafsir! Sayangnya, salah satu benda kudus ini adalah Kitab Suci jatuh ke tangan orang-orang yang tak bertanggungjawab sehingga Gereja terpecah belah dan membuat ajaran-ajarannya masing-masing lalu melawan Gereja-gereja Rasuliah itu sendiri. Demikianlah Tradisi Suci lainnya tidak bisa diberikan sembarangan agar jangan terjadi hal yang sama terhadap Kitab Suci.
[5] Teguh Hindarto, Rekonstruksi Kekristenan & Kristen Rekonstruksi, Nafiri Yahshua Ministry, hal 27

ARTIKEL TERKAIT:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar